Empat Sekda dari Jawa Belajar Pengembangan Bawang Merah di Enrekang

Enrekang -Wakil Bupati Enrekang, HM Amiruddin, menerima rombongan dari Bank Indonesia (BI) dan Sekda dari empat kabupaten di Pulau Jawa Rabu (17/5/2017). Pertemuan ini dalam rangka sharing informasi program kerjasama pengembangan klaster pemicu inflasi daerah (klaster bawang merah).

Rombongan yang terdiri dari Kepala BI PTW Kabupaten Purwokerto, Ramdan Deni Prakoso; Manager BI, Purwokerto Joko Juniwarto; Sekda Kabupaten Banjarnegara, Fakhruddin Slamet Susiadi; Sekda Banyumas, Wahyu Budiman; Sekda Cilacap, Sutarjo; Sekda Kabupaten Purbalingga yang diwakili oleh Kadis Pertanian, Lily Purwati; dan beberapa Kabiro dari BI.

Kunjungan mereka dalam rangka meninjau klaster bawang merah di Marena, Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, dan cabai rawit di Kecamatan Curio binaan Bank Indonesia (BI) Makassar.

Kabid Holtikultura Kabupaten Enrekang, Additional, mengatakan, kunjungan tersebut semacam study banding untuk melihat perkembangan bawang merah dan cabai. Pasalnya, Enrekang masuk urutan ke empat dari kabupaten penghasil bawang merah di Indonesia.

“Enrekang masuk urutan keempat setelah Brebes, Bima, dan Nganjuk kemudian Probolinggo. Produksi bawang merah kita tahun 2016 sebanyak 8.500 ton dengan lahan tanam 8.500 hektar. Harga bawang merah pada saat itu rata-rata 20 ribu/kg berarti nilainya Rp 1,7 triliun,” kata Addi.

Ditempat yang sama, Wakil Bupati HM Amiruddin, mengatakan, kunjungan ini adalah hal yg bangus. Minimal bisa sharing untuk saling memberikan informasi.

Menciptakan strategi agar kita sebagai pemasok bawang merah tidak dipermainkan oleh para tengkulak.

“Saling berkomunikasi mengambil langkah stratengi agar petani tidak dirugikan. Kebetulan yang hadir adalah penghasil bawang merah sehingga kita bisa melahirkan ide-ide yang bisa menghidupkan petani,” kata Amiruddin.

Amiruddin menambahkan, harus ada langkah-langkah yang lebih strategis dan melibatkan semua orang yang berkaitan dengan kesejahteraan petani bawang. Permasalahan utama adalah terjadinya fluktuasi harga sistem distribusi yang seharusnya.

“Jika produksi bawang kita melimpah, jangan ada import bawang merah. Harus mengatur jadwal tanam untuk mencegah harga bawang tidak anjlok secara drastis,” tutup Amiruddin.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *